Logo

Desa Bangka Kota

Kabupaten Bangka Selatan

Home

Profil Desa

Infografis

Listing

IDM

Berita

Belanja

PPID

WISATA RELIGI MAKAM PENYEBAR AGAMA ISLAM DI PULAU BANGKA ABAD KE 16 ''SYEIKH JATI SARI ''

WISATA RELIGI MAKAM PENYEBAR AGAMA ISLAM DI PULAU BANGKA ABAD KE 16 ''SYEIKH JATI SARI ''

Invalid Date

Ditulis oleh MITA LESTARI

Dilihat 0 kali

WISATA RELIGI MAKAM PENYEBAR AGAMA ISLAM DI PULAU BANGKA ABAD KE 16 ''SYEIKH JATI SARI ''

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Hasil dari penelitian dari Tengkeu Sayyid Deqy yang dituangkan pada buku  Korpus Mapur dan Islamisasi Bangka, awal penyebaran agama Islam di Pulau Bangka terbagi dalam beberapa fase, dan dibawa oleh beberapa tokoh.

Tengkeu Deqy menyatakan tahapan masuknya Islam itu, ditemukan setelah melakukan riset disertai dengan pengumpulan bukti-bukti arkeologi yang ditemukan.

“Fase-fase masuknya agama Islam di Bangka dimulai pada abad 10 oleh Akek Antak. Kemudian pada abad 14 dilanjutkan oleh Syeikh Cermin Jati, abad 15 ada Syeikh Jati Suara sampai Syeikh Jati Sari pada abad 16,” ungkap Tengkeu Deqy.


Sementara itu, menurut penulis Buku Korpus Mapur Islamisasi Bangka, Tengkeu Sayyid Deqy meskipun makam saat ini berada ditengah hutan sawit tepatnya berada sekitar lima ratus meter dari hilir Sungai Bangka Kota, tetapi cukup banyak orang yang datang berziarah karena diyakini masih memiliki silsilah dengan Kesultanan Cirebon.

“Tokoh ini masih berkaitan secara nasab dengan Syeikh Cermin Jati yang merupakan kakeknya, yang berarti Jati Sari merupakan anak kandung dari Syeikh Jati Suara. Selain itu kompleks di atas bukit dengan Sembilan makam ini juga diyakini tempat ulama-ulama besar lainnya,” tuturnya.

Mengutip buku Korpus Mapur Islamisasi Bangka, meski pada sembilan makam kawasan tersebut memiliki nisan yang berbeda, namun karakteristik makam milik Jati Sari ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu pada makamnya memiliki relief yang sangat jelas.

“Sedangkan dudukan nisan berbentuk balok batu persegi panjang bertingkat dengan tekstur licin. Nisan ini tidak berpanil dan tidak berkaligrafi, siluetnya sederhana seperti sebuah simbol huruf Jawa kuno yang berasimilasi dengan aksara Arab yang kemudian disimbolisasikan menjadi lengkung spora atau lekuk belalai dengan sisi tegak lurus, sedangkan sisi kirinya berpundak besar yang terdiri dari dua bagian lengkung menurun,” kutipan buku Korpus Mapur Islamisasi Bangka.

Bahkan dalam bukunya ia secara khusus membahas mengenai pengelompokan tentang ciri khas yang menonjol di sekitar kompleks makam Jati Sari di wilayah Malik-Bangka Kota, karena memiliki keunikan yang sangat menonjol dibanding wilayah artefakologis makam kuno lainnya yang ada di Pulau Bangka.

“Meskipun jenis batu pada sembilan nisan pada makam ini dapat diusulkan sebagai batu jenis andesit, namun batuan ini merupakan jenis batuan yang sudah mengalami perubahan secara alami. Makam terpadu ini, juga tidak pernah lepas dari kekhasan Jawanya karena memiliki tipe berkelompok, kemudian letak makam yang berada di atas bukit, merupakan sebuah pola penghormatan terhadap tokoh tersebut,” tulis Tengkeu Deqy pada bukunya.

Melalui penelitian yang ia lakukan, di sekeliling bukit tersebut juga banyak ditemukan makam-makam lain, yang setidaknya mempunyai tiga sampai empat tingkatan tekstur tanah karena terdapat area seperti tangga yang dipagari batu alam yang disusun, dengan kata lain makam ini terdapat di atas sebuah gunungan dengan motif teras berundak.

“Dapat mengambil kesimpulan bahwa kompleks makam Jati Sari mempunyai beberapa lapisan makam yang mencerminkan struktur pemimpin, pengawal, dan pengikutnya, dengan sistim piramid. Makam para pengikut berada paling bawah, kemudian pengawal sedikit berada di atas, keluarga berada di sayap kanan, dan kepala keluarga ataupun raja berada paling atas dan di apit oleh makam yang lain dengan kontur tanah yang lebih rendah dari makam tertinggi,” sebutnya.


Untuk itu, setelah menjelaskan beberapa tokoh awal pembawa agama Islam di Bangka, kali ini ia banyak bercerita mengenai sosok Jati Sari atau memiliki nama asli Syarif Umar, yang dikenal mendakwahkan agama di daerah Bangka Kota.

“Jati Sari merupakan anak dari Syeikh Jati Suara yang ada di Tiang Tarah. Dulu Jati Suara memiliki sembilan orang anak tetapi delapan orang merupakan Wanita. Satu-satunya anak laki-lakinya yang sejak dahulu diajak menyebarkan agama,” ucapnya.

Ia menambahkan, dengan begitu Jati Sari yang merupakan anak kandung dari Syeikh Jati Suara, yang juga cucu dari Syeikh Cermin Jati mendapatkan tugas untuk melanjutkan penyebaran agama ke daerah selatan pulau Bangka, tepatnya di Bangka Kota.

Bangka Kota saat ini merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Simpangrimba Kabupaten Bangka Selatan.

“Sama dengan sang ayah, Jati Sari juga pernah dikirim belajar agama ke tanah Jawa tepatnya di Cirebon dan Hadhramaut-Yaman. Kemudian sesuai dengan pesan sang ayah, perjalanan dakwah Jati Sari menuju ke arah selatan tepatnya di Bangka Kota bersama pengikutnya lalu merambah ke Permis dan sekitarnya,” jelasnya. 



Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Sosok Syekih Jati Sari, Penyebar Agama Islam Pulau Bangka Abad 16 Masehi, https://bangka.tribunnews.com/2023/03/30/sosok-syekih-jati-sari-penyebar-agama-islam-pulau-bangka-abad-16-masehi.
Penulis: Rifqi Nugroho | Editor: khamelia


Bisa diakses menggunakan kendaraan Roda dua maupun empat , letak berada dekat Perkebunan Kelapa Sawit PT BSSP .


Bagikan:

Wisata Lainnya

Wisata Lainnya

Logo

Desa Bangka Kota

Kecamatan Simpang Rimba

Kabupaten Bangka Selatan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia